Bioenergi merupakan energi alternatif yang berasal dari  sumber-sumber biologis. Keunggulan pemanfaatan bioenergi ini adalah  meningkatkan kualitas lingkungan, meningkatkan pertumbuhan ekonomi,  serta mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.Saat ini pengembangan bioenergi telah sampai pada generasi keempat  yakni mengubah vegoil dan biodiesel menjadi gasoline. Generasi pertama  pengembangan bioenergi ini dinilai kurang etis karena berkompetisi  dengan bahan pangan dan pakan menjadi vegetable oil, biodiesel,  bio-alcohol, biogas, solid biofuel, dan syngas. Pemanfaatan bahan diluar  pangan dan pakan dimulai pada generasi kedua diantaranya menggunakan  limbah, cellulose dan tanaman yang didedikasikan untuk pengembangan  energi (dedicated energy crops), yang mengubah biomass menjadi liquid  technology. Generasi ketiga pengembangan biofuel adalah oligae yang  berasal dari algae. Selain itu, Pemanfaatan bioenergi saat ini bahkan  telah sampai pada pengembangan bahan bakar pesawat terbang. The Embraer  EMB 202 Ipanema merupakan pesawat pertama yang berbahan bakar ethanol  dan banyak dimanfaatkan di lahan pertanian (agricultural aircraft).  Selain itu, telah dikembangkan juga syngas berbahan dasar kayu yang  dimanfaatkan sebagai generator.
Pada tahun 2005 negara di belahan Amerika Selatan telah memproduksi  16.3 milyar liter ethanol, menyumbang 33.3 persen produksi dunia dan 42  persen produksi ethanol yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Negara  yang telah menggunakan BE 10 (campuran 10% ethanol dan 90% BBM),  diantaranya AS, Kanada, India, Thailand, China, Filipina dan Jepang.  Hanya Brasil yang telah menggunakan BE 20. Adanya teknologi hybrid saat  ini,  Brazil tidak ada lagi kendaraan yang hanya menggunakan gasoline  tetapi telah memakai 20-25 % ethanol (E25). Dari data yang  didapatkannya, sebanyak 3 juta mobil telah beroperasi menggunakan 100 %  ethanol dan 6 juta mobil berteknologi hybrid (flexible-fuels vehicles). 
Langkah-langkah antisipatif juga telah dilakukan negara-negara maju  untuk menghadapi krisis energi dimasa yang akan datang dengan cara  mengarahkan kebijakan energi strategis untuk beralih dari energi fosil  ke energi terbarukan terutama bioenergi. Pemerintah Australia mengatur  kebijaksanaan pemakaian biofuel untuk transportasi,industri serta  pembangkit tenaga listrik. Di USA, akhir 2005 produksi Biodiesel AS  mencapai 4 miliar galon dan akan meningkat menjadi 8 miliar galon pada  2012. Selain itu, pada tahun 2005 Belanda juga mengambil kebijaksanaan  untuk impor  400 ribu ton kelapa sawit dari Indonesia untuk dikonversi  menjadi biodiesel. Selain negara-negara tersebut diatas, Indonesia juga  mengeluarkan kebijakan melalui Instruksi Presiden RI No.1 Tahun 2006,  Untuk mendorong Departemen Pertanian melakukan penyediaan dan  pengembangan bahan baku BBN untuk mengurangi ketergantungan terhadap  BBM. Pada tahun pada tahun 2025, pemerintah Indonesia menargetkan  penggunaan biofeul sebesar 5 %.
PENGEMBANGAN BIOENERGI DI INDONESIA
Pemanfaatan energi alternatif yang gencar digalakkan akhir-akhir ini bukan tanpa alasan. Pada tahun 2010, diperkirakan sebesar 23 Juta kL bensin diperlukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun pertamina hanya mampu memasok sekitar 16 Jt kL/tahun dan cenderung konstan, padahal setiap tahun kebutuhan masyarakat terus meningkat sebesar 10 %. Akibatnya, pemerintah kewalahan memenuhi kebutuhan bensin dalam negeri. Selain itu, semakin menipisnya persediaan bahan bakar fosil dan emisi karbon juga menjadi salah satu pendorong utama.
Pemanfaatan energi alternatif yang gencar digalakkan akhir-akhir ini bukan tanpa alasan. Pada tahun 2010, diperkirakan sebesar 23 Juta kL bensin diperlukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun pertamina hanya mampu memasok sekitar 16 Jt kL/tahun dan cenderung konstan, padahal setiap tahun kebutuhan masyarakat terus meningkat sebesar 10 %. Akibatnya, pemerintah kewalahan memenuhi kebutuhan bensin dalam negeri. Selain itu, semakin menipisnya persediaan bahan bakar fosil dan emisi karbon juga menjadi salah satu pendorong utama.
Berdasarkan hasil kajian Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral  (ESDM) paling mutakhir tentang kondisi energi di Indonesia. Jika tidak  ada eksplorasi baru, menurut kalkulasi ESDM, cadangan minyak bumi  sekitar 9,7 barel dan diperkirakan akan habis 15 tahun lagi. Untuk  cadangan batubara kita sekitar 50 miliar ton (3% potensi dunia)  diperkirakan dapat digunakan sedikitnya 150 tahun mendatang. Untuk  cadangan panas bumi sekitar 27 ribu MW (40% potensi dunia) dan gas 60  tahun lagi. Sedangkan untuk Tenaga air sekitar 75 ribu MW (0,02% potensi  dunia). Jika pemerintah tidak berinisiatif mencari bahan terbarukan,  maka negeri ini akan semakin terpuruk dalam hal pemenuhan energi.  Terjadinya krisis energi, khususnya bahan bakar minyak (BBM) yang  diinduksi oleh meningkatnya harga BBM dunia telah membuat Indonesia  perlu mencari sumber-sumber bahan bakar alternatif yang mungkin  dikembangkan di Indonesia.
Indonesia sebagai salah satu negara tropis yang memiliki sumberdaya  alam yang sangat potensial. Usaha pertanian merupakan usaha yang sangat  potensial untuk dikembangkan di Indonesia karena Indonesia memiliki  potensi sumber daya lahan, agroklimat dan sumber daya manusia yang  memadai. Kondisi iklim tropis dengan curah hujan yang cukup,  ketersediaan lahan yang masih luas, serta telah berkembangnya teknologi  optimalisasi produksi dapat mendukung kelayakan pengembangan biofuel  (bioenergi).
Biofuel adalah bahan bakar dari sumber hayati (renewable energy).  Biofuel, apabila diartikan untuk pengganti BBM, maka biofuel merupakan  salah satu bentuk energi dari biomassa dalam bentuk cair, seperti  biodiesel, bioethanol dan biooil. Di Indonesia ada 49 jenis tanaman yang  dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Beberapa tanaman yang  potensial sebagai penghasil bioenergi adalah kelapa sawit, kelapa, jarak  pagar, kapas, kanola, dan rapeseed untuk biodiesel, serta ubi kayu, ubi  jalar, tebu, sorgum, sagu, aren, nipah, dan lontar untuk bioetanol  (Sumaryono 2006). Selain potensial sebagai penghasil bioenergi, beberapa  komoditas tersebut, seperti kelapa sawit, kelapa, kapas, ubi kayu,  tebu, dan sagu, juga merupakan komoditas sumber bahan pangan dan pakan.  Pengembangan komoditas sumber bahan pangan sebagai bahan baku bioenergi  dipandang kurang etis karena berkompetisi dengan bahan pangan dan pakan.  
Agar target diversifikasi energi tahun 2025 mendatang yang  meningkatkan porsi energi terbarukan menjadi 5 % dari total kebutuhan  energi nasional perlu dirintis dari sekarang. Jika saat ini 23 Juta kL  bensin diperlukan maka setidaknya 1,15 juta kL bioetanol perlu  diproduksi. Saat ini bioetanol yang diproduksi baru mencapai 187.800  kL/tahun atau baru 16 % dari target seharusnya. Untuk itu Indonesia  memang perlu usaha keras untuk mencapainya. Pengembangan Etanol sebagai  bahan bakar telah dilakukan BBPT dengan telah memiliki Pilot Plant  Etanol berkapasitas 8000 liter per hari dengan kadar 99%. Hanya mampu  memproduksi Fuel Grade Ethanol (FGE) 50 liter/ hari . Satu unit mesin  FGE dengan kapasitas 60 kilo liter/ hari memerlukan investasi sekitar  7,5 juta USD. Kebutuhan mendesak masyarakat terhadap kecukupan energi  yang berkelanjutan tentunya menjadi pertimbangan yang cukup bagi  pemerintah dalam memutuskan kemana bangsa ini akan menggantungkan  kebutuhan energinya di masa yang akan datang.
Disadur dari apwardhanu


07.28
SAVE ENERGY INFO

0 komentar:
Posting Komentar
TINGGALKAN SEBUAH KOMENTAR